"Diriwayatkan dari Watsilah bin al-Asqa', aku berkata,
"Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksudkan dengan fanatisme itu ?" Beliau menjawab, "Memberikan pertolongan kepada kaummu yang melalaikan kezhaliman." Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5119)

Ibn Mas'ud meriwayatkan secara mauquf dan marfu', "Barangsiapa menolong kaumnya yang melakukan sesuatu yang tidak benar, maka dia bagaikan keledai yang digantung, dengan ikatan pada ekornya." Hadits mauquf yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (5117) dan marfu' (5118)

Imam al-Khattabi berkata, "Artinya, orang itu telah jatuh ke dalam dosa dan hancur, sebagaimana keledai yang terjatuh ke dalam perigi kemudian ia diambil dengan ditarik ekornya, yang akhirnya tidak dapat diselamatkan."

Nabi saw sangat membenci fanatisme dan berlepas diri darinya, orang-orang yang menganjurkannya, orang-orang yang berperang karenanya, dan orang yang meninggal dunia karena membelanya. Beliau menganjurkan hidup berjamaah, dan menegaskannya dengan sabda, perbuatan, dan ketetapannya. Dia memperingatkan agar orang tidak memisahkan diri darinya, berselisih pendapat, dan menyimpang dari jamaah tersebut. Di antara sabda Nabi saw yang berkaitan dengan perkara ini ialah:

"Tangan Allah berada di atas jamaah." Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibn Abbas, Ibn Ashim; dan Hakim dari Ibn Umar, Ibn Abi Ashim, dari Usamah bin Syarik, sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (8065)

"Berjamaah itu adalah rahmat, dan berpecah-belah adalah azab." Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad; dan Ibn Abi Ashim dalam as-Sunnah dari Nu'man bin Basyir; sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir.

Dalam lafaz yang lain disebutkan, "Berjamaah itu adalah berkah dan berpecah-belah adalah azab." Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman juga dari Nu'man; sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Jami'

"Hendaklah kamu hidup berjamaah, dan janganlah kamu hidup berpecah-belah, karena sesungguhnya setan akan bersama orang yang sendirian, dan dia akan berada lebih jauh dari dua orang. Barangsiapa yang ingin merasakan hembusan angin surga, maka hendaklah dia melazimkan hidup berjamaah." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya dalam al-Jihad (2528). Ibn Majah (2782). di-shahihkan oleh Hakim. 4: 152-153, yang disepakati oleh adz-Dzahabi.

MENANAMKAN SEMANGAT BERJAMAAH TERHADAP UMAT
Ketika kita berbicara tentang pemberian wala' kepada kaum Muslimin, umat Islam, ada baiknya kita juga melanjutkannya dengan pembicaraan yang berkaitan dengan urusan masyarakat dan umat, pemberian prioritas dalam tangga kemaslahatan dan tuntutannya. Kalau kita mau memperhatikan, maka sesungguhnya syari'ah Islam ini sama sekali tidak melalaikan urusan masyarakat, dari segi ibadah, muamalah, sopan santun, dan segala hukum yang berkaitan dengannya.

Semua aturan itu tidak lain adalah untuk menyiapkan setiap individu agar menjadi 'bagian' dalam bangunan masyarakat, atau 'anggota tubuh' dalam struktur badan yang hidup. Penggambaran seorang individu yang menjadi 'bagian' dari bangunan, atau 'anggota tubuh' dalam badan manusia, bukanlah berasal dari pemikiran saya. Tetapi gambaran yang pernah dikemukakan oleh Nabi saw dalam sebuah hadits yang shahih. Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari bahwasanya Nabi saw bersabda,

"Orang mukmin dengan mukmin yang lainnya bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya." Muttafaq 'Alaih, dari Abu Musa. Lihat al-Lu'lu' wa al-Marjan (1670)

Dari Nu'man bin Basyir diriwayatkan bahwasanya Nabi saw bersabda,
"Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam cinta dan kasih sayang mereka adalah bagaikan sebuah tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuhnya yang mengadu kesakitan, maka anggota tubuh yang lainnya ikut merasakannya, tidak dapat tidur dan merasa demam." Muttafaq 'Alaih, dari Nu'man bin Basyir, lihat al-Lu'lu' wal-Marjan (1671)

Next>>


Back
up


Duck hunt